Selasa, 04 September 2012

Coagulation (Fanfiction|romance, friendship,angst|Oneshot)


Title       : Coagulation
Author  : Jung Heeshin
Cast       : Yoon Doo Joon (B2ST), Park Jae Bum, Min Sun Ye (Wondergirls), Kim Jung Ah (After School)
Genre   : Romance,Friendship, Angst


Sesekali ia tampak menyeruput kopi yang mulai mendingin itu, sejak tadi ia hanya duduk bersila diatas sofa, menatap jam dan pintu masuk bergantian. Acara yang ditayangkan televisipun tak digubrisnya lagi. Tak lama setelah itu, suara bel terdengar  dan membuat gadis bernama Min Sun Ye itu langsung melompat dari sofa lalu berlari riang menuju pintu depan. Hampir seharian ini ia tak melihat Yoon Doo Joon kekasihnya, dan itu membuat dada Sun Ye seperti mau meledak karena rindu.
 
“Selamat datang…” sambut Sun Ye begitu membuka pintu, matanya berbinar senang saat melihat sosok Doo Joon berdiri di balik pintu. Doo Joon hanya tersenyum tipis lalu melengos masuk melewati Sun Ye. Gadis itu memiringkan kepala, tatapan matanya tiba-tiba kosong, ternyata malam ini sama saja dengan malam-malam sebelumnya. Atau mungkin saja ia sedang kelelahan pikir Sun Ye optimis. Dengan helaan nafas panjang Sun Ye menutup pintu lalu melangkah menyusul Doo Joon yang kini sedang duduk di sofa ruang tengah.
 
“Bagaimana pekerjaanmu? Tak ada masalah kan…?” Sun Ye duduk disamping Doo Joon, menatap kekasihnya itu lembut.
 
“Mmm, tidak ada kok…” jawab Doo Joon disertai gelengan singkat tanpa memandang Sun Ye.  Mungkin ia berlebihan, tapi samar… Sun Ye merasakan nyeri merayapi batinnya mendapati tingkah Doo Joon. Ia menyesap bibir bawahnya, mendadak tidak tahu mau bicara apa.
 
“Kau mau makan? Aku akan panaskan sup untukmu…” Tanya Sun Ye lalu beranjak dari sofa.
 
“Tidak usah…aku mau langsung tidur saja.” Jawab Doo Joon lagi lalu bangkit dan menyeret langkahnya menuju kamar. Sun Ye tercengang sesaat. Ia menatap punggung Doo Joon lalu tersenyum getir.
 
 
“Aku masak makanan kesukaanmu malam ini sayang…”
 
gumamnya lirih, sementara Doo Joon sudah memasuki kamar dan pintu juga sudah ditutup. Rasa rindu yang tadinya meluap-luap, kini menciut ke titik paling rendah… dan itu justru membuat dadanya semakin sesak. Ia mengambil cangkir kopinya lalu membawa benda itu ke dapur dan meletakkannya di bak cuci piring. Sun Ye menyandar di pinggiran bak cuci piring, wajahnya menunduk dan ia terdengar berkali-kali menghela nafas. Doo Joon hanya kelelahan, ya.. kelelahan. Sun Ye berusaha memenuhi pikirannya dengan kalimat itu, tapi tetap saja hatinya menolak mentah-mentah. Perlahan, Sun Ye mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan berniat menghubungi Kim Jung Ah, sahabatnya. Namun belum sempat Sun Ye menekan nomer Jung Ah, tiba-tiba ponselnya berdering dan nama Park Jae Bum tertera di layar.
 
“Mwo…” Ucap Sun Ye pelan setelah menempelkan ponsel ke telinganya. Diseberang sana terdengar Jae Bum sedang terkekeh dengan suara renyahnya.
 
“sedang apa kau?” Tanya Jae Bum santai. Sun Ye bergerak mendekati meja makan lalu menarik bangku dan duduk diatasnya.
 
“Aku? Habis menaruh cangkir kopi ke bak cuci piring…” Sun Ye menjawab polos. Ia mengangkat sebelah kaki lalu meletakkan dagu diatas lututnya.
 
“Kau sendiri?”
 
“Aku... hanya sedang berbaring. Sudah makan?”
 
“Sudah, makan biskuit…”
 
“Kenapa tidak makan nasi?”
 
“Sedang tidak ingin. Kopi membuatku kenyang”
 
“Jangan terlalu banyak minum kopi…”
 
“Ne. tumben meneleponku? Tidak ada kencan? ”
 
“Sudah tadi. Doo Joon sudah pulang?”
 
“Iya…”
 
“Yasudah, tidur sana…”
 
“Iya…”
 
“ Cium aku.”
 
“Sinting!”
 
“Hahaha, good night Sunnie”
 
Percakapan keduanya berakhir. Sun Ye memasukkan ponselnya ke saku celana lalu mematikan lampu dapur dan melangkah menuju kamar. Seolah takut membangunkan Doo Joon, Sun Ye bahkan memutar kenop pintu dengan sangat pelan begitu juga saat ia menutupnya. Ia meletakkan ponselnya di samping bantal dan mulai berbaring. Ia memiringkan posisi tidurnya menghadap Doo Joon, dengan lembut tangannya mengusap pipi Doo Joon yang kelihatan lebih tirus lalu mulai memejamkan mata.
 
……………………………………..
 
Srett…
 
Sun Ye membuka matanya perlahan sambil menggeliat, disampingnya Doo Joon masih tampak terjaga. Ia tersenyum lalu mengecup pipi Doo Joon sekilas dan beranjak turun dari kasur sambil menguncir rambutnya sembarangan. Senyumnya mengambang saat menyadari kalau ini adalah hari Minggu, karena ia bisa bersama Doo Joon seharian. Biasanya Doo Joon akan bangun bersamaan dengannya lalu membuat sarapan bersama, namun kali ini Sun Ye membiarkan kekasihnya itu tetap tidur. Dan ketika Sun Ye hendak memasuki kamar mandi, tiba-tiba saja ponselnya berdering tanda sebuah pesan masuk. Ia mengurungkan niatnya dan memutar langkah menghampir kasur dan meraih ponselnya dengan tergesa.
 
“Nona Min, naskahmu lulus dan akan dibukukan. Chukkahamnida”
 
Matanya mengerjap tak percaya saat melihat pesan yang barusan ia terima. Refleks ia memekik girang lalu menghampiri Doo Joon.
 
“Sayang! Naskahku mau diterbitkan!” Sorak Sun Ye sambil menggoyang-goyang bahu Doo Joon, namun kekasihnya itu tak bergeming sedikitpun. Sun Ye mengerutkan kening sejenak lalu kembali mengguncang bahu Doo Joon, tak menyerah untuk membagi berita bahagia ini pada orang terkasihnya.
 
“Doo Joon~a…!” rengek Sun Ye. Perlahan Doo Joon membuka mata, dan bibirnya menggumamkan hal tak jelas. Dan detik berikutnya ia malah memberikan reaksi yang tak disangka-sangka oleh Sun Ye.
 
“Demi Tuhan Min Sun Ye! Tidakkah kau mengerti kalau ini hari libur! Tidak bisakah kau biarkan aku istirahat?”
 
Ya… Yoon Doo Joon membentaknya, dan ini adalah kali pertama bagi Sun Ye. Doo Joon yang selalu bicara lembut padanya kini tampak seperti orang lain. Sun Ye menelan ludahnya… terkejut? Tentu saja. Perlahan ia menarik tangannya menjauh dari pundak Doo Joon lalu tersenyum miris.
 
“A…mianhae, aku Cuma mau beri tahu kalau naskahku mau diterbitkan. Kalau begitu, kau tidurlah lagi… ” suara Sun Ye terdengar pelan. Ia beranjak dari kasur dan melangkah menuju kamar mandi. Doo Joon menghela nafas panjang sambil mengusap wajanya berkali-kali. Ada rasa menyesal menggores hatinya. Tapi seharusnya Sun Ye juga bisa mengerti keadaannya. Sebelah hati Doo Joon menyahut lagi.
……….
 
Sun Ye menekan bel apartemen Kim Jung Ah berkali-kali dengan wajah datar. Ia menghela nafas panjang, pintu belum juga terbuka. Kemanakah Jung Ah onnienya ini? Mencoba tak menyerah, Sun Ye kembali menekan bel, dan kali ini tak sia-sia. Terdengar bunyi bergemeretak dari dalam, tanda si empunya rumah bersiap membuka pintu. Tak lama kemudian munculah wajah cantik yang kalem itu dari balik pintu.
 
“Mian, tadi aku di kamar mandi, ayo masuk…” dengan senyum yang menambah gurat rupawan di wajahnya, Jung Ah lalu menarik Sun Ye masuk. Sementara Jung Ah menutup dan mengunci pintu, Sun Ye melangkah duluan menuju ruang tengah lalu duduk lemas diatas sofa. Melihat gerak-gerik Sun Ye pagi ini, Jung Ah sepertinya sudah bisa menebak apa yang tengah dialami sahabatnya.
 
“Kalian baik-baik saja?” Jung Ah lalu duduk disamping Sun Ye dan menatap gadis itu lembut. Sun Ye membalas sekilas tatapan Jung Ah lalu tersenyum tipis. Dadanya mulai terasa sesak, kejadian di rumahnya tadi kembali terulang. Sun Ye meremas ujung bantal sofa yang tengah didekapnya, lalu menarik nafas dalam.
 
“Onnie…” hanya itu yang keluar dari bibirnya dan selanjutnya tenggorokannya serasa tercekat. Ucapannya digantikan dengan air mata yang dengan lancarnya mengalir membasahi pipinya. Min Sun Ye tak mau menangis, dia tidak seharusnya menangis. Apa yang dilakukan Doo Joon tadi pagi adalah hal yang wajar. Iya.. wajar saja dia marah, Sun Ye telah mengganggunya, padahal ia tak punya banyak waktu untuk istirahat. Sementara berita itu juga sebenarnya bisa disampaikan setelah Doo Joon bangun kan? Ya, ini salahnya… salah Sun Ye. Tapi sekali lagi, air mata itu enggan berhenti.
 
“Sun Ye~yah….” Jung Ah mengusap pundak Sun Ye, matanya berbinar pilu.
 
“Uljima, hm? Ayo sekarang kita pergi sarapan keluar. Kita makan waffle sepuasnya. Aku yang traktir…” ucap Jung Ah menenangkan, ia mengangkat perlahan Sun Ye lalu mengusap air matanya dengan lembaran tissue sambil tersenyum. Isakan Sun Ye mulai memelan, tangisnya perlahan berhenti. Entahlah, terkadang Jung Ah terasa seperti ibu baginya. Karena hanya wanita ini yang bisa membuat perasaannya lebih baik. Ah, jangan lupakan juga si playboy Park Jae Bum. Sekalipun orang itu terkadang suka bicara sembarangan, Sun Ye tetap saja menganggap pria tengil itu semacam jimat baginya.
……………………………
 
“Kau dimana?” Jung Ah menempelkan ponsel ke telinganya sambil sesekali membenahi rambutnya yang tergerai. Sekarang ia dan Sun Ye tengah berada di sebuah café tempat mereka dan Jae Bum sering berkumpul. Sedikit cerita, dulu Jae Bum dan Jung Ah pernah memiliki hubungan namun sekarang tentu saja sudah berakhir. Dan ya, keduanya tampak lebih baik sebagai teman biasa.
 
“Dia kesini?” Sun Ye menatap Jung Ah dengan mata sembab. Pertanyaannya dijawab Jung Ah dengan anggukan.
 
“Feels better?” tanya Jung Ah seraya menggedikkan dagunya kearah Sun Ye.
 
“Ne, ah iya onnie… hari ini biar aku yang traktir. Aku lupa cerita, kalau naskahku akan diterbitkan…” celoteh Sun Ye bersemangat, begitulah dia… emosinya bisa cepat berubah. Melihat sahabatnya sudah tampak ceria lagi, Jung Ah hanya tersenyum lalu mulai mengiris waffle nya. Dan tak lama setelah itu, sosok Park Jae Bum datang di antara mereka.
 
“Matamu kenapa heh?” tanya Jae Bum pada Sun Ye. Kebetulan ia mengambil tempat duduk disamping Jung Ah, sehingga itu memudahkan Jung Ah untuk mencubit pahanya. Jae Bum mengaduh dan melempar tatapan kesal pada Jung Ah.
 
“Apa? Habis menangis? Gara-gara Doo Joon lagi? Lagu lama…” cibir Jae Bum sambil memutar bola matanya lalu kemudian dengan acuhnya mengangkat tangan memanggil pelayan.
 
“Sok tahu, aku menangis karena terharu, naskahku akan di terbitkan…” Sun Ye balas mencibir, semuawaffle nya sudah berpindah ke perutnya tanpa sisa. Jae Bum hanya mengangkat sebelah alisnya, gadis didepannya ini tak pandai berbohong. Ia tahu itu.
 
……………………
 
Doo Joon membuka matanya dan mulai bangkit sambil sesekali menggeliat meregangkan otot. Matanya menatap ke sekeliling sejenak, tak ada Sun Ye. Ia menghela nafas panjang lalu mengusap wajahnya, menyadari apa yang ia lakukan pada Sun Ye sebelumnya membuat pria bermata tajam itu mengerang menyesal. Dengan langkah gontai, ia lalu melangkah menuju kamar mandi dan menghampiri wastafel untuk mencuci muka.
 
Apa kau tidak menyadari kalau kau sudah berubah? Aku selalu menasehati Sun Ye agar dia bersabar, dan mengerti. Tapi melihatnya seperti itu terus…aku juga tidak sanggup. Sekalipun Jung Ah dan aku selalu berhasil menghentikkan tangisnya, tetap saja berbeda kan? Kau sibuk, dia tahu itu… tapi bisakah sekali saja kau menatapnya? Pernahkah kau menyadari kalau hal sepele yang kau lakukan padanya, itu bisa membuatnya amat sangat senang? Itu karena dia sangat mencintaimu, dia mencintaimu tanpa syarat apapun. ya, anak bodoh yang cengeng itu…
 
Ucapan Jae Bum kembali terngiang, Doo Joon menatap bayangannya di cermin… kemana saja ia selama ini? Dia benar-benar tidak menyadarinya atau sengaja tak peduli? Min Sun Ye nya itu terluka, dan ia terus saja bertingkah acuh. Mendadak dadanya terasa sesak… kapan terakhir kali ia berdiri didepan wastafel dengan Sun Ye lalu  mereka saling tertawa saat menggosok gigi? Kapan terakhir kali ia semburat ceria dan gelak tawa gadis itu? Kapan terakhir kali ia memeluk tubuh Sun Ye? Lupa… ia lupa kapan, karena memang sudah terlalu lama.
 
 
………………………..
 
“Hujan, sudah kalian ikut aku saja…” Seru Jae Bum yang baru saja keluar dari café bersama Jung Ah dan Sun Ye. Dua sahabatnya itu hanya mengangguk setuju dan tanpa membuang waktu, ketiganya langsung memasuki mobil. Dan hujan yang begitu deras itupun agak mengganggu jarak pandang walaupun Jae Bum sudah mengaktifkan wiper.
 
“Jae Bum~a! berhenti!” Tiba-tiba Sun Ye berseru, beruntung Jae Bum tak memacu mobilnya dalam kecepatan tinggi, sehingga tak ada yang harus terhempas begitu ia menginjak pedal rem dengan tiba-tiba.
 
“Kau ini mengejutkanku bodoh!” kesal Jae Bum lalu menoleh kebelakang , diikuti Jung Ah yang duduk di sampingnya.
 
“Ada apa?” tanya Jung Ah yang juga tampak terkejut. Sun Ye hanya meringis minta maaf.
 
“Itu, aku mau ke supermarket sebentar. Besok kan hari jadi aku dan Doo Joon, aku mau buat cake…” Sun Ye lalu menjawab antusias. Jung Ah dan Jae Bum saling memandang .
 
“Kalian juga boleh datang kok, kita adakan pesta ya! Jadi, mana payungnya?” masih bersemangat, Sun Ye mulai melepas sabuk pengaman dan mulai berbalik, mencari payung yang biasanya diletakkan Jae Bum di bagian belakang mobil. Gadis itu lalu bersorak tanda ia sudah menemukan barang yang dicarinya lalu segera membuka pintu mobil beserta payung di tangannya.
 
Sambil terus tersenyum, Sun Ye berlari kecil menyebrangi jalan menuju supermarket. Ia tak menyadari kalau dari kejauhan tampak sebuah mobil melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi. Derasnya suara hujan, menenggelamkan deruan mesin mobil tersebut. Sun Ye terus saja melangkah, dan dalam hitungan detik mobil tadi menghantam tubuh Sun Ye, membuatnya terpelanting jauh lalu berakhir dengan kepala yang membentur trotoar. Darah segarpun menyatu dengan air hujan menggenangi permukaan aspal, sementara mobil yang sudah menabrak Sun Ye tampak tergelincir karena pengemudinya sudah pasti mengerem mendadak dan menabrak tiang listrik di ujung jalan.
 
 
 
EPILOG
 
Doo Joon memasuki kamar tempat Sun Ye dirawat. Jung Ah dan Jae Bum tanpa mengirinya di belakang. Sudah dua hari berlalu sejak kejadian itu dan Sun Ye belum juga sadarkan diri. Dan ini adalah kali pertama Doo Joon menjenguk Sun Ye karena tanggung jawab atas pekerjaannya yang tak bisa ditinggalkan.
 
“Sun Ye~yah…?” Jung Ah berucap tak percaya saat melihat Sun Ye yang ternyata sudah sadarkan diri dan sekarang sedang duduk menyandar di kepala kasur. Sun Ye tak menjawab, ia hanya menatap kosong tiga orang yang menghampirinya. Perlahan, Jae Bum menahan lengan Jung Ah untuk mengurungkan niatnya mendekati Sun Ye dan membiarkan Doo Joon yang melakukannya duluan.
 
“Sun Ye~yah…” Doo Joon duduk di tepi kasur, tangannya bergetar saat membelai wajah Sun Ye yang dihiasi luka goresan di beberapa bagian. Dan sekali lagi, Sun Ye tak menjawab. Pandangannya memang beralih ke Doo Joon, namun sorotnya terasa hampa. Tak ada binar hangat penuh kasih seperti yang selalu di tujukannya pada Doo Joon.
 
“Nugu…seyo…?”
 
Kalimat itu terlontar dari bibir pucat Sun Ye. Terdengar serak dan dingin. Doo Joon tercekat, sementara Jung Ah tampak menekap bibir, dan sebelum tangisnya meledak Jae Bum segera merangkulnya keluar ruangan.
 
“Ige naya…Yoon Doo Joon..” ucap Doo Joon lirih. Ia meraih tangan Sun Ye lalu menciuminya berkali-kali, hingga akhirnya punggung tangan Sun Ye basah oleh airmata Doo Joon. Namun wajah Sun Ye tetap saja datar, tak ada guratan emosi sedikitpun di wajahnya.
 
Doo Joon tak dapat berucap apapun, hanya isakan yang keluar dari bibirnya. Perasaan bersalah yang begitu besar kini terus memukul-mukul batinnya. Andai hari itu ia tak membentak Sun Ye, andai hari itu ia mau sekedar membuka matanya sebentar lalu tersenyum dan mengucapkan selamat. Andai ia bisa bersikap lebih baik, dan merengkuh Min Sun Ye nya ini…
 
Andai… hanya tinggal andai…
 
 
END
 
 
Maap kalo angstnya ga nendang. Saya cuma bisa bikin ampe segitu, mau dibanyakin takut jatohnya malah lebay dan ekstra dramatis. Ini juga keknya gaje banget ya.. u.u
Bbuing~ bbuing~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar